Cintanya Bukan Coba-Coba
MFS on cam |
Ini
tentang orang-orang yang memilih menyimpan perasaan dan menyebut dirinya
pengagum rahasia. Pula aku, yang turut setuju dengan seribu satu alasan yang
mereka utarakan.
Sebab
telah lama berjibaku dengan rindu yang tak bertuan. Perihal perasaan yang tak
bersambut biarlah menjadi urusan Tuhan.
Takut
jika menyatakan akan membuat momen yang penuh debar menjadi canggung dan
merusak suasana nyaman yang selama ini dibentengi keterdiaman.
Sebenarnya
ingin bilang tapi hati dan logika masih tak sejalan. Berkeras hati bertahan,
dengan gengsi yang melambung tinggi, hingga bersikap tidak peduli jadi alibi.
Sebab
dengan mendoakannya adalah cara mencintai paling romantis nan syahdu, lalu
melihatnya dari jauh sudah membuat bahagia.
Sebab
sebaik-baiknya penjagaan (hati) adalah ketika dua insan saling menjaga dalam
ruang doa.
Tapi,
aku juga percaya bahwa yang menyatakan akan menang dari yang memendam
(setidaknya menang untuk dirinya sendiri). Yang bersikap terlalu tenang, pada
akhirnya akan kalah dari yang benar-benar menunjukkan.
Namun,
aku juga bangga dengan dia yang masih setia memeram rasa sedemikian lama, sebab
cintanya bukan coba-coba.
Ia
masih di sini, menanti dengan harapan yang tak pasti. Harapnya salah satu dari
beberapa hal (kemungkinan) yang akan datang menghampiri.
Barangkali
kamu yang ia ingini yang akan datang menuju, boleh jadi juga kedatangan
seseorang yang akan menggeser posisimu dari hatinya, atau rasa yang ia pendam
akan mati sebab terlalu lama sesak.
Dia
yang menaruh harapan, tapi tetap kamu yang berhak memutuskan.
Katanya,
jangan mencoba membuatnya menjauh. Sebab cintanya bukan coba-coba. Berkali kamu
tak acuh, rasa cintanya itu akan tetap utuh, tak akan dengan mudah runtuh, apalagi
tersentuh.
Barang
sedikit kamu peduli, tembok yang ia bangun begitu kokoh dan tinggi. Sampai saat
ini tak ada yang bisa meruntuhkan kerasnya hati.
Katanya,
dia mau terus di disini bersama mimpi bahwa suatu saat hatimu bisa ia tempati.
Berkali kubilang bahwa tidak ada yang enak dari memeram rasa, bahwa dia tak akan
pernah jadi pemenang.
Tak
apa katanya, biarlah jadi urusannya dengan perasaannya. Sedang rasamu biarlah
jadi urusanmu. Ia sama sekali tak menuntut balas, melainkan selalu mematut diri
agar kelak bisa bersanding denganmu.
Dia
melanjutkan ceritanya—dia pernah salah memaksamu untuk menghiraukan rasa yang
selalu menujumu (meski hanya ia ungkapkan dalam aksara).
Saat
ini, harapan untuk dipedulikan kembali sudah tidak terlalu tinggi. Meski jiwa
sering meronta bahwa cintanya juga harus ia miliki.
Ia
sendiri yang memilih untuk jatuh ke dasar—jauh, sedemikian dalam. Menyebalkan,
tak ada yang ia dapat selain abai.
Ketidak
pedulianmu terkadang membuatnya rapuh, namun dari sanalah aksara-aksara terkumpul menjadi satu, menjadi
kalimat-kalimat yang menyatu dan utuh. Berkat kamu dia menemu bakat, bahkan
katanya— rentetan tulisan yang ditulis secara serampangan itu, masih padamu ia
menuju.
Post a Comment for "Cintanya Bukan Coba-Coba"