I Can See Ghost In The KKN
Ilustrasi (Cr: istockphoto) |
Shhhh
Tolong, kalau udah mati jangan hidup lagi.
Udah
lebih dua bulan aku menyelesaikan Kuliah Kerja Nyata (KKN), tapi baru berani nulis
cerita ini sekarang. Dari dulu mau nulis sih, tapi buat mengenangnya aja
ngeri-ngeri nggak sedap. Tapi berhubung aku gabut dan nggak ada kerjaan hari ini yaudah gaskeun,
putar otak ke masa lampau sambil dengerin musik EDM biar nggak takut-takut
amat.
Jadi
gini gaess!! Sebelum ber-KKN sih aku udah feeling bakal berhadapan sama hal-hal
gaib bin mistis ini, iya betul! Sebagai pendatang
baru tentulah mereka (yang tak kasat mata) ini kaget dan merasa terusik kediamannya
atau bahkan sekadar ngajak kenalan ya kan, tapi caranya usil bin jahil banget..Aku
mencoba positif thinking dan meyakinkan diriku, nggak akan apa-apa. Lagian mereka
ini bisa ada dimana-mana aja,nggak mesti di lokasi KKN juga. Pun aku di sini
juga nggak tinggal sendiri, pikirku.
Hari
pertama kedatangan kami di Posko KKN. (Fyi: PoskoKKN yang kita tempati ini adalah
Posyandu buat anak perempuan sama TPA buat anak laki) bayangin aja Posyandu
yang dipakai sebulan sekali dan nggak pernah ada yang tidur di sana. Uwuw
sekali, aku mulai berpikir buruk, wah ini sudah barang pasti ada yang
nempatin nih. Right! Bukan manusia maksud aku gaes.
Hawa-hawa
mistis mulai terdeteksi.
Benar aja, belum ada sambungan listrik ke sana malam itu. Dalam keadaan lelah habis
perjalanan menuju ke desa ini—kita udah dihadapkan pada kerjaan
nyambung-nyambungin listrik, masang-masang lampu, mengalirkan air ke kamar
mandi. Dan aku merasa aku udah lelah yang teramat, mungkin waktu itu aku udah
sefrekuensi dengan makhluk bernama hantu. Karena stres juga kali, aku denger
suara orang ketawa di halaman Posko tapi nggak ada orang di sana.
Hm,
perasaanku aja, aku segera tepis pikiran buruk itu. Mengusap tengkuk yang mulai
diserang dingin. Perasaan aku saja, kalimat itu terus kuucapkan dalam hati. Sampai akhirnya aku melewati malam itu dengan aman, listrik sudah berhasil masuk ke
Posko malam itu juga, berkat kerja sama tim dan warga yang membantu.
Buat
kalian yang pernah merasakan kehadiran mereka, sebisa mungkin jangan sendiri,
ajak teman ngobrol. Jangan dihayati karena hanya membuat mereka menjadi-jadi
mengusuli.
Malam-malam,
awal-awal kita menghuni Posko itu, Evi salah seorang sahabat KKN sering mendengar
suara-suara di luar Posko, anehnya saat Evi mendengar aku nggak mendengar
apa-apa. Dan suara-suara samar yang mengangetkan ini hanya terjadi pada malam hari.
“Shutt,
kalian dengar nggak we?” Pertanyaan yang santer diucapkannya tiap malam sebelum
tidur.
Jadi,sebetulnya
waktu menjelang senja itu waktu dimana alam akan berubah warna dari
kemerah-merahan menjadi gelap dan spektrum cahayanya punya resonansi yang sama dengan
setan dan jin. Jadi sedikit logis kalau
malam setan sedang kuat-kuatnya dan mengganggu manusia pada malam hari. Secara
logika,kondisi malam yang sunyi dan sepi bisa membuat orang lebih peka sama
suara-suara sekitar.
Aku sendiri
kerap mendengar suara pintu sedang diketuk kuat, gimana enggak, saat itu aku
tidur tepat di samping pintu. Semakin aku berusaha memastikan suara dengar,
suara itu makin keras terdengar jelas. Kadang naluri iseng pada diriku juga
tinggi sampai ikutan ngisengin setan. Parah kan? Saat itu aku dekatkan diriku
pada pintu itu sambil berucap “Shhhh
Tolong, kalau udah mati jangan hidup lagi.” Abis itu buru-buru kututup muka
dengan selimut.
Malam-malam
berikutnya masih aman, hanya Evi yang dengar suara-suara aneh, kursi
digeserlah, atap Posko dilemparlah, macam-macam.
Sampai
di suatu malam yang lengang, dalam keadaan lelah tapi aku malah memutuskan push
rank mobile legends, bukannya langsung tidur.
Dan tiba-tiba....
Kletak.. Bunyi suara sapu jatuh.
Sapu
yang diapit gagang pintu bisa tumbang tanpa tersentuh siapapun. Hanya ada aku
di situ, pasti yang lain bakal mengira kalau aku biangnya, nendang sapu sampai
tumbang. Tapi kenyataannya enggak sama sekali gaes! Aku refleks dong abis itu
langsung perbaikin letak sapu tadi seperti semula, sambil nggak sengaja lihat ke
atas dan....
Aku terdiam
seribu bahasa, seolah mulutku yang suka bacot di posko ini terkunci.
“Kau
ngapa jah? Kau nampak sesuatu?’’Evi nanya, ternyata di sebelahku ada dia yang
masih belum tidur juga.
“Nggak
ada Vi.” Lamunanku buyar seketika.
“Kok
bisa tumbang sapu tu?”
“Entah,
aku aja main game dari tadi kok, nggak melasak.”
Evi nggak
lanjut nanya-nanya, tapi aku masih kepikiran soal apa yang kulihat barusan, mau
cerita ke dia tapi takutnya malah bikin keadaan jadi horor, aku takut dia bakal
takut. Ah, mungkin halu aja kali, kalau aku melihat bayangan merangkak di
langit-lagit posko. Nggak, nggak, nggak. Aku menutup diri dengan selimut
sambil terus merapal ayat-ayat Al-Quran yang kuingat. Sampai tertidur.
Tiba-tiba
lagi, satu posko perempuan heboh. Mereka dengar ada yang melempar genteng atau
ada yang ndusel-ndusel di Jendela sama kran air yang tiba-tiba hidup gitu aja. Kejadiannya ini dini
hari, aku ikut bangun dan keluar. Kulihat ada Usman, anak laki-laki yang keluar
juga memastikan, si Evi lagi bawa-bawa kayu besar.
“Yaelah
nih anak segala hantu mau dipukulin, emang bisa?” feeling aku itu yang barusan terjadi bukan ulah manusia.
“Abang
dari tadi di sekitaran sini, nggak ada apa-apaan kok.” Kata salah satu Babinsa
yang masih patroli saat itu.
Dingin
mulai menyeruak ke dalam diriku sampai ke tulang rasanya. Kuambil jaket sama
almamater buat meredakan, kemudian langsung kuselimuti diri tanpa ikut ngobrol
sama anak-anak lain. Saat itu yang kurasakan bahwa makhluk halus itu
benar-benar ada di sekitar. Aku takut dan benar-benar takut.
Sampai
keesokan harinya aku jatuh sakit. Diperiksa Dokter katanya demam biasa karena
kelelahan. Iya, kelelahan digangguin hantu. Hahahasyuuu.
Setelah
berobat; disuntik, dikasih obat, aku merasa badanku masih berat. Ngomong aja enggan
apalagi buat jalan.
Evi telpon
Ayahnya, sepertinya dia cerita ke Ayahnya soal kejadian malam itu bersamaan
dengan sakitnya aku kemudian. Sepertinya dia mendapat petunjuk gaes.
Sebelum
itu aku udah direfleksi sama dia, rasanya sakit banget tapi setelah itu aku
merasa lebih ringan badannya. Setelah itu aku diajak Salat, selesainya Zikir, rasa-rasanya
aku sedang di alam lain dan ditolongin
sama dia. Wah gilaaa sih, masih sulit dipercaya, kalau aku udah masuk ke
lingkaran setan, kalau dibiarin sih bisa sakit-sakitan terus.
Setelah
sama-sama saling merapal ayat-ayat Allah, aku muntah sejadi-jadinya sambil nangis
sesenggukan. Saat itu sampai sekarang pun aku nggak tau apa sebabnya aku menangis
sampai sebegitu histerisnya.
“Udah
jangan nangis, nggak apa-apa kok.” Bahkan aku masih bisa dengar Yuni berusaha
nenangin aku sambil terus memijat pundakku.
Aku
nggak tau gaes, entah setan macam apa yang merasukiku.
“Aku
kenapa nangis tadi ya Vi?”
“Kau
digangguin Jah,”
Iya,
dan aku cerita semua soal apa yang kualami sendiri malam itu ke Evi. Dia ngerti.
Setelah
kejadian itu, aku sembuh. Sudah dipagari juga sama Evi dan Ayahnya. Nggak ada
lagi kejadian aneh-aneh. Semua jadi biasa aja. Terlepas dari tempat tidurku
yang sudah nggak di tepi pintu lagi.
Hari-hari
berjalan normal, aktivitas berjalan lancar tanpa kecemasan dan ketakutan.
Hingga
pada suatu malam, aku sama Evi pergi ke desa sebelah. Buat beli keperluan KKN.
Di jalan
lengan dan gelap itu kita banyak ngobrol, semua aman-aman saja saat perjalan
pergi.
Apesnya,
Cuma kita nggak dapetin barang yang mau kita beli dan kita memutuskan buat
langsung pulang. Di tikungan kita hampir jatuh, motornya kesandung krikil.
Masih
baik-baik saja. Kita pun meneruskan perjalanan.
Sampai
di tengah jalanan yang rusak, aku termenung seperti orang bodoh. Tersadar ketika
udah mendapati si Evi udah histeris. Kukira dia bercanda, dan ternyata seriusan
badannya dingin dan udah hampir kaku. Posisinya dia yang bawa motor lagi.
Saat
itu juga, dingin mulai merasuk lagi ke diriku.
“Ijah,
aku nampak jah. Dia buruk banget jah.”
Dia masih
terus dengan tangisnya. Sampai rasanya aku juga ingin ikutan nangis. Tapi sebisa
mungkin nguatin diri sendiri. Hiyahiyahiyaa, bahaya nih kalau si suhu yang kesurupan.nggak.
nggak. Nggak.
“Istighfar
Vi, astaghfirullahaldzim..”
“Jangan
diterusin nangisnya, jangan dibayangin, Astaghfirullah Vi” Aku terus berusaha menenangkan
dan nepuk-nepuk pundaknya.
Selama
aku ajak dia merapal istighfar dia masih dalam kendali yang baik kami sampai
pulang dengan selamat meski bawa motor dengan kecepatan di atas rata-rata.
Tapi
sampai di Posko badannya kembali kaku dia terus menangis.
Aku kasih
dia minum dan bawa ke dalam. Dia masih belum tenang.
Kita
nggak ngerti mesti ngapain.
Pada
akhirnya salah seorang teman, Mak tiri
alias Pipin menelpon Ayah Evi dan diobatin via telpon. Alhamdulillah semua
kembali membaik.
Aku sebenarnya
juga melihat apa yang dilihat Evi, bedanya aku nggak bisa menangis, hanya
termenung. Mendadak bego seketika.
Bentuknya
mengerikan sekali gaes, bahkan untuk deskrisiinnya aku nggak sanggup. Ini tanganku
gemetaran nulisnya. Kalau kebayang makhluk itu dadaku rasanya sesak.
Jadi
itu ceritanya, I can see ghost in the KKN.
Makhluk
yang kita sebut hantu itu memang benar adanya. Percaya nggak percaya, penulis
dapat banyak pengalaman mendapati mereka di lokasi KKN.
Rriz 101119
Post a Comment for "I Can See Ghost In The KKN"